Ilmu-Ilmu Bagian dari Antropologi
Lima Ilmu Bagian. Di Universitas-universitas di Amerika Serikat, di mana antropologi telah mencapai suatu perkembangan yang paling luas, ruang lingkup dan batas lapangan perhatiannya yang luas itu menyebabkan adanya paling sedikit lima masalah penelitian khusus, yaitu :
- Masalah sejarah asaln dan perkembangan manusia atau (evolusinya) secara biologis.
- Masalah sejarah terjadinya aneka warna mahluk manusia, di pandang dari sudut ciri-ciri tubuhnya.
- Masalah sejarah asal, perkembangan, dan penyebaran aneka warna bahasa yang diucapkan manusia di seluruh dunia.
- Masalah perkembangan, penyebaran, dan terjadinya aneka warna kebudayaan manusia di seluruh dunia.
- Masalah mengenai azas-azas dari kebudayaan manusia dalam kehidupan masyarakat dari semua suku bangsa yang tersebar di seluruh muka bumi masa kini.
Kelima lapangan penenlitian yang bertujuan untuk memecahkan ke-lima masalah tersebut adalah sedemikian luasnya, sehingga masing-masing merupakan ilmu-ilmu bagian antropologi yang membutuhkan ahli-ahli dengan kejuruan-kejuruan yang khusus. Berhubungan dengan pengkhususan ke dalam lima lapangan tersebut, ilmu antropologi mengenal juga ilmu-ilmu bagian, yaitu :
- Paleo-antropologi
- Antopologi fisik
- Etnolinguistik
- Prehistori
- Etnologi
Nomor 1 dan 2 disebut Antropologi fisik dalam arti luas, Sedangkan nomor 3, 4, dan 5 disebut antropologi budaya.
1. Paleo-antropologi adalah ilmu bagian yang meneliti soal asal-usul atau soal terjadinya dan evolusi mhluk manusia dengan mempergunakan sebagai bahan penelitian sisa-sisa tubuh yang telah membatu, atau fosi-fosil manusia dari zaman dahulu, yang tersimpan dalam lapisan-lapisan bumi yang harus didapat oleh si peneliti dengan berbagai metode penggalian.
2. Antropologi fisik adalah dalam artian khusus adalah bagian dari ilmu antropologi yang mencoba mencapai suatu pengertian tentang sejarah terjadinya anekawarna mahluk manusia dipandang dari sudut ciri-ciri tubuhnya, yang memakai sebagian bahan penelitiannya ciri-ciri tubuh, baik yang lahir (fenotopik) seperti warna kulit, warna dan bentuk rambut, indeks tengkorak, bentuk muka, warna mata bentuk hidung, tinggi dan bentuk tubuh, maupun yang dalam (genetopik), seperti frekuensi golongan darah dan sebagainya. Adapun ciri-ciri itu terdapat pada sebagian besar dari individu-individunya, walaupun setiap individu memiliki ciri-ciri tubuh yang berbeda-beda. Kelompok manusia seperti itu dalam ilmu antropologi disebut dengan "ras". Bagian ini dari ilmu antropologi sering disebut antropologi fisik dalam arti khusu, atau somatologi.
3. Etnolingusitik atau antropologi linguistik adalah suatu ilmu bagian yang pada awal mulanya bersangkutan erat dengan ilmu antropologi. Bahkan penelitiannya yang berupa daftar-daftar kata-kata, pelukisan tentang ciri dan tata bahasa dari beratus-ratus bahasa suku bangsa yang tersebar di berbagai tempat di muka bumi ini, terkumpul bersam-sama dengan bahan kebudayaan suku bangsa. Dari bahan ini telah berkembang berbagai macam metode analisa kebudayaan, serta berbagai metode untuk menganalisa dan mencatat bahsa-bahasa yang tidak mengenal tulisan. Semua bahan dan metode tersebut sekarang telah terolah juga dalam ilmu linguistik umum. Walaupun demikian, ilmu etnolinguistik di berbagai pusat ilmiah di dunia masih tetap juga erat bersangkutan dengan ilmu antropologi, bahkan merupakan bagian dari ilmu antropologi.
4. Prehistori mempelajari sejarah perkembangan dan penyebaran semua kebudayaan manusia di bumi dalam zaman sebelum manusia mengenal huruf. Dalam ilmu sejarah, seluruh waktu dari perkembangan kebudayaan umat manusia mulai saat terjadinya mahluk manusia, yaitu kira-kira 800.000 tahun yang lalu, hingga sekarang, dibagi kedalam dua bagian : (1) masa sebelum manusia mengenal huruf, (2) masa setelah manusia mengenal huruf.
Sub ilmu prehistori sering juga dinamakan ilmu arkeologi, tetapi dalam arti yang lain dari pada arkeologi Indonesia. Disini ilmu arkeologi sebenarnya adalah sejarah kebudayaan dari zaman prehistori di Indonesia, di teruskan sampai pada masa jatuhnya negara-negara Indonesia-Hindu dan lenyapnya kebudayaan Indonesia-Hindu. Ilmu prehistori di Indonesia merupakan suatu ilmu yang sangat muda dan sebenarnya baru mulai sekitar tahun 1920, dengan penelitian-penelitian para pendekart-pendekar ilmu itu seperti A.J.J.T.a T. van der Hoop dan C.T. van Stein Callenfels. Pada masa sekarang, secara resmi ilmu prehistori Indonesia merupakan bagian dari ilmu arkeologi Indonesia, dan belum pernah dihubungkan dengan antropologi Indonesia. Dengan demikian, ilmu prehistori di Indonesia, berlaingan dengan di universitas-universitas di negara lain, tidak merupakan suatu ilmu bagaian antropologi, dikarenakan penelitian ilmu prehistori adalah bekas-bekas kebudayaan yang berupa benda-benda dan alat-alat, atau artefak-artefak yang tersimpan dalam lapisan-lapisan bumi.
5. Etnologi adalah ilmu bagian yang mencoba mencapai pengertian mengenai azas-asaz manusia, dengan mempelajari kebudayaan-kebudayaan dalam kehidupan masyarakat dari sebanyak mungkin suku bangsa yang tersebar di seluruh muka bumi pada masa sekarang ini. Lebih khusus lagi dalam kalangan sub-ilmu etnologi, akhir-akhir ini telah berkembang dua aliran, atau lebih baik dikatakan dua golongan penelitian. golongan yang satu menekankan kepada bidang diakronik, sedangkan yang lain menekankan kepada bidang sinkronik dari kebudayaan umat manusia. Nama yang tepat untuk kedua macam penelitian tersebut belum ada, tetapi sering dapat kita lihat adanya nama-nama seperti descriptive integration untuk penelitian-penelitian yang diakronik, dan generalizing approach untuk penelitian-penelitian yang sinkronik.
-Descriptive Integration dalam etnologi mengolah dan mengintegrasikan menjadi satu hasil-hasil penelitian dari sub-sub ilmu antropologi fisik. Descriptive integration selalu mengenai satu daerah tertentu. Bahkan keterangan pokok yang di oleh ke dalam descriptive integration dari daerah itu adalah terutama bahan keterangan etnografi, sedangkan bahan seperti fosil (bahan dari paleoantropologi), ciri ras (bahan dari somatologi), artefak-artefak (bahan dari prehistori), bahasa loka (bahan dari etnolinguistik), diolah menjadi satu dan diingterasikan menjadi satu dengan bahan etnografi tadi. Dipandang dari metode-metodenya, maka descriptive integration itu termasuk secara khusus dalam lapangan sub-ilmu etnologi, tetapi mempunyai tujuan untuk mencari pengertian tentang sejarah perkembangan dari suatu daerah, artinya mencoba memandang suatu daerah pada bidang diakroniknya juga.
-Generalizing approach (antropologi sosial) dalam etnologi mencari azas persamaan di belakang aneka warna dalam beribua-ribu masyarakat dari kelompok-kelompok manusia di muka bumi ini. Pengertian azas tersebut dapa dicapai dengan metode-metode yang dimasukkan ke dalam dua golongan. golongan pertama terdiri dari metode yang menuju ke arah penelitian mendalam dan bulat dari sejumlah masyarakat dan kebudayaan yang terbatas (tiga sampai paling banyak lima). Metode ini menyebabkan bahwa seorang serjana antropologi mencapai suatu pengertian bulat tentang unsur-unsur kebudayaan tertentu dalam rangka masyarakat yang dianalisa secara mendalam dan bulat tadi, dalam dalam rangka pada masyarakat-masyarakat lain pada umumnya. Gelombang kedua terdiri dari metode yang menuju ke arah perbandingan merata dari sejumlah unsur terbatas dalam suatu jumlah masyarakat yang sebanyak mungkin (dua-tiga ratus atau lebih). Dalam metode ini pengertian tentang azas-azas masyarakat dan kebudayaan manusia di capai melalui sifat aneka warna atau diversitasnya. Kedua golongan metode terurai di atas tadi itu dalam cara berpikir seorang sarjana antropologi tentu tidak terlepas satu dengan yang lain.
ini teori siapa
BalasHapus