PROSES EVOLUSI DAN PROSES DIFUSI DALAM ILMU ANTROPOLOGI


A. Proses Evolusi diantaranya, sebagai berikut :

1. Proses Microscopic dan Macroscopic Dalam Evolusi Sosial.

Proses evolusi dari suatu masyarakat dan kebudayaan dapat dianalisa oleh seorang peneliti seolah-olah dari dekat secara detail (microscopic), atau dapat juga dipandang seolah-olah dari jauh dengan hanya memperhatikan perubahan-perubahan yang tanpak besar saja (microscopic). Proses evolusi sosial budaya yang di analisa secara detail akan membuka mata peneliti untuk berbagai macam proses perubahan yang terjadi dalam dinamika kehidupan sehari-hari dalam tiap masyarakat di dunia. Proses-proses ini disebut dalam ilmu antropologi proses-proses berulang, atau recurrent processes. Proses-proses evolusi sosial budaya yang dipandang seolah-olah dari jauh hanya akan menampakkan kepada peneliti perubahan-perubahan besar yang terjadi dalam jangka waktu yang panjang. Proses-proses ini disebut dalam ilmu antropologi, proses-proses menentukan arah, atau directional processes.

2. Proses-proses Berulang dalam Evolusi Sosial Budaya.

Perhatian terhadap proses-proses berulang dalam evolusi sosial budaya, belum lama mendapat perhatian dari ilmu antropologi. Perhatian itu sebenarnya timbul bersama dengan perhatian ilmu antropologi terhadap faktor individu dalam masyarakat, yaitu kira-kira sejak masa sekitar 1920. Sebelum tahun 1920, sebagian besar dari para sarjana antropologi hanya memperhatikan adat-istiadat yang lazim berlaku dalam suatu masyarakat yang menjadi obyek penelitiannya. Bagaimana sikap, perasaan, dan tingkah-laku khusus para individu dalam masyarakat tadi yang mungkin bertantangan dengan adat-istiadat yang lazim, diabaikan saja atau tidak mendapat perhatian yang layak. Dengan demikian kalau seorang ahli antropologi misalnya harus menulis tentang adat-istiadat perkawinan orang Bali, ia hanya akan mengumpulkan keterangan tentang apa yang lazim dilakukan dalam perkawinan-perkawinan orang Bali itu. Upacara, aktivitas dan tindakan yang menyimpang dari adat Bali yang umum, yang terjadi karena berbagai situasi atau keadaan yang khusus, biasanya diabaikan atau kurang diperhatikan. Tindakan individu warga masyarakat yang menyimpang dari adat-istiadat umum seperti terurai di atas itu, pada suatu ketika dapat banyak terjadi dan dapat sering berulang dalam kehidupan sehari-hari di setiap masyarakat di seluruh dunia. Memang sikap individu yang hidup dalam banyak masyarakat itu terutama adalah mengingat keperluan diri sendiri dengan demikian ia sedapat mungkin akan mencoba menghindari adat atau menghindari aturan apabila adat-istiadat itu tidak cocok dengan keperluan pribadinya. Kita mengerti bahwa justru keadaan-keadaan yang menyimpang dari adat ini sangatpenting artinya, karena penyimpangan demikian merupakan pangkal dari proses-proses perubahan kebudayaan masyarakat pada umumnya.

Perubahan-perubahan yang kecil serupa itu tadi, yang hanya dapat dilihat dengan peninjauan secara detail dengan "alat mikroskop" oleh para peneliti masyarakat, tidak akan tampak kepada orang lain yang hanya meninjau masyarakat dari luar, dari jauh, atau yang memang membutakan diri untuk penyimpangan-penyimpangan yang kecil itu. Walaupun demikian, dalam jangka waktu yang panjang, berpuluh-puluh perubahan kecil dalam adat-istiadat sesuatu masyarakat akan mulai tampak pula dari luar sebagai suatu perubahan yang besar.

3. Proses Mengarah Dalam Evolusi Kebudayaan

Kalau evolusi masyarakat dan kebudayaan kiita pandang seolah-olah dari jauh, dengan mengambil interval waktu yang panjang, misalnya, beberapa ribu tahuh, maka akan tampak perubahan-perubahan besar yang seolah-olah bersifat menentukan arah dari sejarah perkembangan masyarakat dan kebudayaan yang bersangkutan.

Perubahan-perubahan besar ini dalam abad ke-19 yang lalu telah menjadi perhatian utama para sarjana ilmu antropologi budaya dalam arti umum. Pada masa sekarang, gejala ini menjadi perhatian khusus dari suatu sub-ilmu dalam antropologi, yaitu ilmu prehistori yang memang bertugas mempelajari sejarah perkembangan kebudayaan manusia dalam jangka waktu yang panjang, dan juga oleh para sarjana ilmu sejarah yang mencoba merekontuksi kembali sejarah perkembangan seluruh umat manusia dan yang karena itu harus juga bekerja dengan jangka-jangka waktu yang panjang.

B. Proses Difusi
1. Penyebaran Manusia
Ilmu paleoantropologi telah memperkirakan bahwa mahluk manusia terjadi di suatu daerah tertentu dimuka bumi, yaitu daerah sabana tropikal di Afrika Timur, sedangkan sekarang mahluk itu menduduki hampir seluruh muka bumi ini dalam segala macam lingkungan iklim. hal itu hanya dapat diterangkan dengan adanya proses pembiakan dan gerak penyebaran atau migrasi-migrasi yang disertai dengan proses penyesuaian atau adaptasi fisik dan sosial budaya dari mahluk manusia dalam jangka waktu beratus-ratus ribu tahun lamanya sejak zaman purba.

Ditinjau secara lebih teliti, maka kita dapat membayangkan bebagai macam sebab dari migrasi-migrasi itu. Ada hal-hal yang menyebabkan migrasi yang lambat dan otomatis, ada pula peristiwa-peristiwa yang menyebabkan migrasi cepat dan mendadak. Migrasi yang lambat dan otomatis adalah sejajar dengan perkembangan dari mahluk manusia yang rupa-rupanya selalu membanyak jumlahnya sejak masa timbulnya di muka bumi hingga sekarang. Dalam proses evolusi serupa itu mahluk manusia seolah-olah selalu memerlukan tempat-tempat yang baru di muka bumi.

2. Penyebaran Unsur-Unsur Kebudayaan
Penyebaran unsur-unsuur kebudayaan dapat juga terjadi tanpa ada perpindahan kelompok-kelompok manusia atau bangsa-bangsa dari satu tempat ke tempat lain, tetapi oleh karena ada individu-individu tertentu yang membawa unsur-unsur kebudyaan itu hingga jauh sekali. Mereka itu adalah terutama pedagang dan pelaut. Cara lain adalah bentuk hubungan yang disebabkan karena perdagangan, tetapi dengan akibat yang lebih jauh dari pada yang terjadi pada hubungan symbiotoc. Unsur-unsur kebudayaan asing dibawa oleh para pedagang masuk ke dalam kebudayaan penerima dengan tidak sengaja dan tanpa paksaan.

Pemasukan secara tidak damai terdapat pada bentuk hubungan yang disebabkan karena peperangan dan serangan penaklukan. Penaklukan sebenarnya hanya merupakan titik permulaan dari proses masuknya unsur-unsur kebudayaan asing yang sebenarnya baru mulai berjalan. Pertemuan antara kebudayaan yang disebabkan oleh penyiaran agama seringkali juga baru mulai setelah penaklukan baru apabila suatu daerah sudah ditaklukan dan dibuat aman oleh pemerintah jajahan, maka datanglah para penyiar agama, dan mulailah proses akulturasi (untuk memahami akulturasi dan asimilasi anda bisa mambuka husainikriwil.blogspot.com disitu saya menjelaskan tentang keduanya) yang merupakan akibat dari aktivitas itu.

Akhirnya kalau kita perhatikan suatu proses difusi tidak hanya dari sudut bergeraknya unsur-unsur kebudayaan dari suatu tempat ke tempat lain di muka bumi saja tetapi terutama sebagai suatu proses di mana unsur-unsur kebudayaan dibawa oleh individu-individu dari suatu kebudayaan, dan harus diterima oleh individu-individu dari kebudayaan lain, maka terbukti bahwa tidak pernah terjadi difusi dari satu satu unsur kebudayaan. Unsur-unsur itu selalu berpindah-pindah sebagai suatu gabungan atau suatu kompleks yang tidak mudah dipisahkan 

1 komentar: